RANGKUMAN
Rolls Royce (RR) adalah perusahaan global dengan beberapa
divisi di lebih dari 14 negara. Beroperasi di empat pasar global yaitu
kedirgantaraan sipil, dirgantara pertahanan, kelautan, dan energi. Pada tahun
1996, Rolls Royce mengalihkan 90 % fungsi TI-nya kepada kontraktor bernama
Electronic Data Services (EDS), yang berarti bahwa EDS bertanggung jawab untuk
mengawasi struktur TI yang ada serta menyediakan solusi TI yang memadai untuk
kemakmuran masa depan perusahaan. Rolls Royce menggunakan lebih dari 1.500
sistem lama (mainframe) yang tidak akurat dan mahal untuk dioperasikan. Sejak
tahun 1990, kebutuhan akan sistem perencanaan sumber daya perusahaan (ERP) sudah
terencana untuk menangani volume data yang diproduksi dan diproses dari
akuisisi baru dan pertumbuhan keseluruhan yang dialami oleh perusahaan. Pada
tahun 2001, Rolls Royce memutuskan bahwa SAP / R3, platform ERP yang terdiri
dari 12 modul fungsional, akan diimplementasikan di divisi kedirgantaraannya.
Ada banyak tantangan yang harus dihadapi Rolls Royce agar implementasinya
sukses.
Untuk mengatasi tantangan, Rolls Royce harus memiliki tim IT
yang sangat baik dengan strategi implementasi yang layak. Proyek ERP terdiri
dari tim manajemen dari EDS yang menyewa konsultan SAP untuk memberikan bantuan
teknis khusus. Dalam tim ada staf yang memiliki pengetahuan tentang hubungan
bisnis lintas fungsi dan pengalaman terhadap sistem lama. Tim ini juga ada unit
bisnis operasional, dengan masing-masing tim manajemen perubahan ERP yang
bertanggung jawab untuk menerapkan perubahan kerja dan pelatihan. 11 Tim ERP di
Rolls Royce dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu budaya, bisnis,
dan teknis. Tim kebudayaan melakukan pelatihan individu di seluruh Rolls Royce.
Tim bisnis harus mengatasi masalah praktik kerja di Rolls Royce yang harus
berubah untuk memenuhi tuntutan fungsional SAP serta memperbaiki perangkat
lunak perusahaan dan mengindari banyak biaya dalam melakukannya. Tim teknis
harus mengatasi masalah terutama untuk menghindari kemungkinan data yang tidak
akurat.
ERP dirancang dalam 3 fase, ditahap ketiga adalah
"implementasi". Pelaksanaannya dilakukan dalam dua gelombang. Gelombang
pertama difokuskan di sekitar penggantian sistem lama. Gelombang kedua
dilakukan dalam rangka mengimplementasikan unsur sisa tersebut sebagai logistik
dan sumber daya manusia yang tidak dikonversi sampai gelombang satu benar-benar
sukses. Tim implementasi di Rolls Royce, termasuk personel EDS dan konsultan
SAP, mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan implementasi SAP sebagai
ERP untuk perusahaan sebelum berkembang menjadi isu-isu yang akan menghambat
dan mungkin menyebabkan implementasi gagal. Oleh karena itu, diperlukan strategi
implementasi yang baik. Kasus ini jelas merupakan bukti positif bahwa
menerapkan ERP dalam sebuah perusahaan dapat mengantisipasi masalah atau
kegagalan.
PERTANYAAN :
1. 1. Apa pendapat Anda tentang proyek implementasi
ERP Rolls Royce? Apakah mereka memilih strategi implementasi yang tepat?
Jawab :
Menurut saya langkah yang diambil oleh
perusahaan Rolls Royce sudah benar karena dengan menerapkan sistem ERP bisa
membantu perusahaan dalam memperbarui sistem lamanya serta membantu perusahaan
mencapai tujuan yang ingin dicapai.
2. 2. Diskusikan faktor keberhasilan kritis strategi
implementasi Rolls Royce dan peran UKM dalam proyek.
Jawab :
Faktor keberhasilan implementasi Roll Royce
adalah implementasi dipegang langsung oleh tenaga ahli sistem ERP yang baik dan
berpengetahuan luas. Serta peran UKM yang mampu menganalisis permasalahan
perusahaan dengan baik yang mengganti sistem lama dengan sistem SAP untuk
mengoptimalkan sistem kerja mereka.
3. 3. Saran apa yang dapat Anda berikan kepada tim
teknis Rolls Royce tentang pendekatan mereka untuk memigrasikan sistem warisan
dengan perangkat lunak SAP?
Jawab :
Saran saya lebih baik perusahaan Rolls
Royce menggunakan sistem ERP yang sudah berpengalaman serta mudah dalam
mengimplementasikannya dan memiliki biaya pengeluaran yang lebih terjangkau.

Komentar
Posting Komentar